Archives

Post

Intellectual Contribution of Spanish Muslims (I)

Creative Genius During the Three Centuries of the Umayyad Rule
Dec 25, 2009 Amna Jamal

Poetry of Muslim Spain had really its roots in the poetry of Islamic East and was always influenced by the latter, especially by poets and musicians of Baghdad.



A nation rises or falls by the kind of books it writes. If we carefully survey the history of Muslim Spain we find the Spanish Muslims making greater achievements and contributions in one field of endeavor than in the other in different ages of their history. During the three centuries of the Umayyad rule, their creative genius expressed itself mostly in poetry and literature.

Poetry, the Forte of Arabs

Poetry was the forte of Arabs. They were born poet. They loved poetry and composed it on all occasions. One of the writers of Muslim Spain named Garcia Gomez said, “Everybody, from the poorest farmers to the king, is a poet and every thing serves and is put into poetry.” The founder of the Ummayad dynasty in Spain, Abd ar Rahman I, was a poet of no mean order. His tradition was continued by his successors.

Roots of Poetry in Muslim Spain

Poetry of Muslim Spain had really its roots in the poetry of Islamic East and was always influenced by the latter, especially by poets and musicians of Baghdad. During the first century and more, the Andalusian poets and musicians were inspired by the poetry and music of East and did not produce a great poet of their own. It was only in the ninth and tenth century that Muslim Spain produced poets and writers of lasting fame.




Abu Ali al Qali

He was born in Almeria in 901. In his book ‘Amali’ he discussed grammatical and lexicographical problems. But as it was the custom with the Arabs, he profusely quoted verses of the Arab poets in his discourses on grammar and lexicography.

Ibn Abd-Ribbah

He was a poet-laureate of Abd ar Rahman III. He was descended from a freedom of Hisham l. He became famous with his book ‘Al-Iqd al-Farid’ (The Peerless Necklace) which became immensely popular with later generations. Unlike most of the Andalusi poets, Ibn Abd-Rabbihi composed a narrative poem of 450 lines.

Ibn Hani

He was another great poet of the Umayyad period. But his inclination was towards the heretical sect of the Islmailis and was forced to flee to the Fatimids of North Africa, where he died in 973.

Ibn Hazm

He was the greatest scholar and the most original thinker in Spanish Islam. He was literary writer, poet, a philosopher and the founder of the science of comparative religion—the first in human history. He is said to have written 400 books, of which only 40 are extant. Among his literary writings is his well-known book entitled ‘Tauq al Hamamah’ (The Collar of the Dove). It is a treatise on ‘love and lovers’. Its theme is Platonic Love, i.e. love between soul and soul, without sexual desire and its approach is philosophical. For example while discussing the ‘contrary signs of love’, Ibn Hazm enunciated a Law of Contradiction.


Recommend Article!

The copyright of the article Intellectual Contribution of Spanish Muslims (I) in W European History is owned by Amna Jamal. Permission to republish Intellectual Contribution of Spanish Muslims (I) in print or online must be granted by the author in writing.

The Umayyad Mosque in the Damascus




Read more at Suite101: Intellectual Contribution of Spanish Muslims (I): Creative Genius During the Three Centuries of the Umayyad Rule http://historicalresources.suite101.com/article.cfm/intellectual_contribution_of_spanish_muslims#ixzz0lbaNFmQf


Post

Konsep Kebahagiaan dalam Islam

Konsep Kebahagiaan dalam Islam
Oleh: Ustadz Abdul Latief

Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang
senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup
tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar
kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka
bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan.
Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara
dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik
dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan
sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia
terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada
harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada
kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.

Lantas apakah yang disebut"bahagia' (sa'adah/happiness)?
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang
kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan
bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia
sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka
hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada
kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya
sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi
kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan
mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam
suatu keadaan.
Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan
merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri
hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan
yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka.
Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan
hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu — yakni: keyakinan
akan Hak Ta'ala — dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri
berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.'
Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan
(iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah
merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi
disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke
penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi
hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya
demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan
menjalankan keyakinan.

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan
hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah
lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya?
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia
berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT.
Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:
"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat,
kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan
masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah,
kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala
anggota yang lain dan tubuh manusia.
Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati
dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan
sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat
tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia
dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden.
Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala
macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh
manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan
oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.
Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan
manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha
illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi,
manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya,
baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah.
Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia
memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk
memikirkan dirinya sendiri.
Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat
qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu
Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan,
bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa
"Tiada tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din
dalam pandangan Allah SWT adalah Islam."
Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan
kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan
Islam. harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada
tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati
adalah yang terkait antara dunia dan akhirat.
Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu
program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan
pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran
sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan
sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan
manusia-manusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah
kepada Penciptanya.
Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia
dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing
oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia
mengenal Allah, ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan
hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui
utusan-Nya.
Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran
yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus
keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta
yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal,
seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair
besar Pakistan ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri
seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan.
Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn
itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha,
menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan
aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam
menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia
bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia
menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.
Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih.
"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu
terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu.
"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau
telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang
sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada
orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..."
"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah
hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak
mencacimu..."
Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada
sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin.


Post

MENGAPA SAYA MEMELUK ISLAM?

artikel dari al-fadhil ustaz...

MENGAPA SAYA MEMELUK ISLAM?

Islam agama aqidah dan ibadah dan akhlak. Islam agama keadilan, kedamaian, kebahgiaan, amalan dan membimbing kepada akhlak yang mulia dan terrpuji. Islam memelihara agama, bangsa dan keturunan,

Mengapa saya memeluk Islam pertama, saya meyakini Islam karena Islam tidak memaksa seseorang untuk menerima semua hal yang disebut sebagai amalan agama, tetapi Islam dilengkapi dengan hujah-hujah yang meyakinkan untuk mendukungaqidah, syariah dan muamalahnya. Kewujudan Allah S.W.T. dengan sifat-sifat-Nya, malaikat-malaikat-Nya, solat serta pengaruhnya, ketentuan-ketentuan Ilahi dan ruang lingkupnya, ibadah dan keperluan manusia untuk beribadah, hukum Ilahi dan manfaatnya, wahyu dan pentingnya wahyu, kebangkitan dan kehidupan setelah mati, surga dan neraka. Islam telah memberikan penjelasan secara teperinci dan telah menampilkan kebenarannya dengan hujah-hujah yang kuat untuk mengukuhkan keyakinan manusia. Di bawah ini disertakan pandangan Yusuf Islam:

http://songinmyhead.files.wordpress.com/2008/04/01cat.jpg
sebelum memeluk Islam dgn nama Cat Stevens

http://www.geocities.com/ahlulbayt14/ph11a.jpg
setelah memeluk Islam dgn nama Yusuf Islam.

Saya dilahirkan dalam sebuah rumah yang penghuninya beragama Kristian. Diajar bahawa tuhan itu ujud, tetapi kita tidak ada hubungan secara langsung dengan tuhan. Lantas kita perlu mewujudkan satu cara untuk menghubunginya, iaitu melalui Jesus. Dan apabila mereka mengatakan yang tuhan itu tiga, saya menjadi lebih bingung tetapi saya tidak mampu membantah atau membahaskannya.

Namun, sedikit demi sedikit, saya mendapati diri semakin jauh daripada pendidikan yang berbentuk agama ini. Saya mula mencipta muzik dan mahu menjadi seorang bintang terkenal. Akhirnya, saya berjaya menjadi seorang yang sangat terkenal. Pada waktu itu, saya berusia belasan tahun tapi nama dan gambar terpampang di semua bentuk media. Mereka membuat saya lebih besar dan kerana itu saya juga mahu hidup dengan cara yang lebih besar daripada hidup yang sebenarnya, dan satu-satunya cara untuk mendapatkannya ialah dengan menikmati arak dan dadah. Selepas setahun berjaya menikmati kemewahan dan hidup secara high, saya sakit teruk dijangkiti penyakit TB dan perlu dirawat di rumah sakit.

Kemudian, tiba satu ketika apabila saya rasa agama Buddha itu nampak baik dan mulia, tetapi saya masih belum bersedia menjadi seorang sami Buddha dan memisahkan diri daripada masyarakat sepenuhnya. Saya mencuba pula Zen dan Ching, numerologi, kemudian kad-kad pakau dan astrologi. Saya cuba membuka semula kitab Bible tetapi tidak menjumpai apa-apa. Pada waktu itu, saya masih tidak tahu sesuatupun tentang Islam. Kemudian satu keajaiban berlaku. Abang saya melawat sebuah masjid di Jerusalem. Dia begitu kagum dengannya. Masjid itu dirasakan penuh dengan kehidupan (tidak seperti gereja-gereja dan rumah-rumah biara yang dirasakan kosong), aman dan tenang. Dia memberikan saya senaskah terjemahan al-Quran yang dibawanya dari sana. Dia tidak pula menjadi seorang Muslim tetapi dia dapat merasakan yang ada sesuatu dalam agama itu, dan dia fikir mungkin saya akan menjumpai sesuatu juga.

Apabila saya terima kitab itu, saya mendapat petunjuk yang bakal menerangkan segala-galanya kepada saya - siapa diri saya, apakah tujuan hidup di dunia, apakah sebenarnya hakikat hidup dan apakah hakikat yang akan berlaku, dan di mana saya datang - Saya sedar bahawa inilah agama yang benar; agama yang bukan dalam erti kata yang difahami oleh Barat, bukan agama yang hanya berguna untuk masa tua anda. Perkara pertama yang ingin saya lakukan pada waktu itu ialah menjadi seorang Muslim. Pada tahap ini juga, saya mula menemui keyakinan. Saya merasakan sudah pun menjadi seorang Muslim. Apabila saya membaca kitab al-Quran itu, barulah saya sedar bahawa kesemua para nabi yang diutus Allah itu membawa ajaran yang sama. Lantas, mengapakah penganut Kristian dan Yahudi saling tidak sefahaman? Sekarang saya tahu bagaimana orang Yahudi tidak mahu menerima Jesus sebagai utusan Tuhan dan mereka juga telah menukar ayat-ayat Tuhan. Penganut Kristian salah faham akan ayat-ayat Tuhan dan menganggap Jesus anak Tuhan. Kesemuanya masuk akal dan begitu mudah difahami.

Inilah keindahan al-Quran. Ia membuat anda berfikir dan mencari jawapan, dan tidak menyembah matahari atau bulan tetapi Tuhan yang esa yang telah menciptakan segala-galanya. Apabila saya lebih banyak membaca kitab al-Quran, ia menceritakan pula tentang sembahyang, sifat pemurah dan sifat suka berbuat baik. Saya masih belum menjadi seorang Islam lagi, tetapi saya sudah dapat merasakan bahawa satu-satunya jawapan untuk saya ialah al-Quran; bahawa Tuhan telah menghantarnya kepada saya, dan saya menyimpannya sebagai satu rahsia. Tetapi al-Quran itu juga berkata-kata pada beberapa peringkat yang berlainan. Saya mula memahaminya pada peringkat yang lain pula. Al-Quran mengatakan, “Mereka yang beriman tidak menjadikan orang kafir sebagai temannya dan orang beriman itulah saudaranya.” Pada tahap itulah, timbul keinginan saya untuk bertemu dengan saudara-saudara selslam.

Saya melawat Jerusalem (sepertimana yang dilakukan abang saya). Di Jerusalem, saya masuk ke dalam masjid dan duduk. Seorang lelaki datang menghampiri dan bertanya apa yang saya mahu. Saya beritahu dia yang saya seorang Muslim. Dia bertanya lagi, apakah nama saya. Saya jawab, “Stevens”. Dia kelihatan keliru. Setelah itu, saya menyertai sembahyang berjemaah, walaupun tidak begitu menjadi. Peristiwa ini berlaku pada tahun 1977, lebih kurang satu setengah tahun selepas saya menerima al-Quran daripada abang saya. Lantas, pada satu hari Jumaat, iaitu selepas menunaikan sembahyang Jumaat, saya pergi bertemu imam Masjid New Regent dan melafazkan syahadah di tangannya. Saya telah menjadi seorang yang memiliki kemasyhuran dan kemewahan. Tetapi saya begitu sukar mendapatkan petunjuk, walau bersungguh-sungguh saya cuba mendapatkannya, sehinggalah saya ditunjukkan dengan al-Quran.

Sekarang saya sedar bahawa saya boleh berhubung secara langsung dengan Tuhan, tidak perlu menggunakan perantara. Islam mengangkat semua halangan ini. Saya tidak pernah berjumpa orang Islam sebelum saya memeluk agama suci ini. Saya lebih dahulu membaca al-Quran dan menyedari bahawa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Hanya Islam yang sempurna, dan sekiranya kita semua meniru akhlak Rasulullah s.a.w., kita akan berjaya. Moga-moga Allah memberikan kita petunjuk dan hidayah-Nya untuk menuruti jejak langkah Rasulullah s.a.w.. Amin!


SURI TELADAN YG TERBAIK

Allah berfirman di dalam Al Qur'an, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Surat 33. AL AHZAB - Ayat 21)

sajak


Aku anak Reformasi
menentang segala korupsi
menyanggah kolusi
sehingga aku mati


Bila ahli korporat
menjadi anjing keparat
maka di situlah aku
membuang segala yang karat


Aku anak Reformasi
menjunjung keadilan
menjulang ketelusan


Tapi apa rupa padah
bila pejuang berpaling tadah
bila semuanya adil
tetapi ada yang lebih adil


Kemana kan ku bawa diri
bila kroni silih berganti
sedang nasib rakyat tidak berubah
apabila diktator menukar jubah


Tentunya ku teruskan
membuka jalan untuk keadilan
untuk perjuangan yang takkan basi
kerana aku Anak Reformasi